I am collecting every Islamic article from trusted sites. As my collection and sharing for everyone.

Monday, April 25, 2011

Nak kahwin susah mati lagi susah




PONTIAN: “Nak kahwin susah, mati nanti lagi susah...,” keluh seorang lelaki mengaku berketurunan Cina dan mengamalkan ajaran Buddha yang bingung apabila tidak dapat mendaftarkan perkahwinannya kerana namanya direkodkan sebagai Ali bin Bakar dan beragama Islam.

Ali atau Ah Tee, 23, mendakwa mengamalkan ajaran Buddha sejak lahir dan bukannya beragama Islam seperti tertera pada kad pengenalan (MyKad), sekali gus menyebabkan dia gagal mendaftarkan perkahwinannya di Jabatan Pendaftaran Negara (JPN) daerah ini, baru-baru ini.

“Saya orang Cina, bukan Melayu walaupun nama saya Ali Bakar,” katanya yang menetap di Pekan Nanas, dekat sini.

Katanya, dia mengalami kesukaran untuk mendaftar perkahwinan disebabkan MyKadnya tertulis nama Ali bin Bakar dan beragama Islam sedangkan dia tidak pernah mengamalkan agama terbabit sejak kecil.

Ali berkata, kekeliruan itu berpunca daripada bapanya, lelaki Melayu bernama Bakar Dolah yang berkahwin dengan ibunya, Suki, wanita Cina beragama Buddha dan hasil perkongsian hidup, mereka dikurniakan lima anak.

Wanita itu memeluk Islam untuk berkahwin dengan Bakar, tetapi masih mengamalkan ajaran asal sehingga menyebabkan masa depan lima anaknya bercelaru.

Menurut Ali, kakak sulungnya dinamakan mengikut nama Cina iaitu Ah Ni dan tidak mengalami sebarang kesukaran untuk mendaftar perkahwinan, tetapi abang dan adiknya dinamakan mengikut nama Melayu iaitu Lan, 25, adik lelaki, Hamid, 21, dan adik perempuan, Rani, 15.

“Inilah yang menjadi masalah kami empat beradik dan saya tidak tahu sama ada bapa saya Islam atau tidak kerana mereka tidak beritahu perkara sebenar. Saya, ibu serta adik-beradik mengamalkan ajaran Buddha,” katanya ketika ditemui di Pejabat Agama Pontian di sini, baru-baru ini.

Menurutnya, ketika hendak mendaftar perkahwinan, pegawai JPN terperanjat kerana MyKadnya tertulis nama Melayu dan pegawai terbabit membawanya ke pejabat agama daerah untuk meminta penjelasan lanjut.

Dia berkata, pendaftaran perkahwinannya terpaksa ditangguhkan buat sementara sehingga kemelut ini dapat diselesaikan.

Ali turut risau kemungkinan mayat mereka menjadi pertikaian jika mati kelak, sekali gus mengulangi apa yang berlaku terhadap bapanya.

Menurut sumber, bapa Ali seorang Melayu beragama Islam bernama Bakar Dollah dan mempunyai tiga isteri.

Isteri pertama dan kedua dipercayai berketurunan Melayu manakala isteri ketiga seorang Cina iaitu ibu Ah Tee.

Katanya, Bakar pernah memberitahu orang ramai bahawa dia bukan Islam, tetapi tiada rekod pendaftaran yang mengesahkan dia seorang berketurunan Cina atau beragama Buddha.

“Ketika Bakar meninggal dunia dan hendak dikebumikan Februari lalu, keluarga sebelah isteri Cinanya menuntut jenazah itu dikebumikan di tanah perkuburan bukan Islam, tetapi dihalang Jabatan Agama Johor.

“Akhirnya Bakar dikebumikan di Tanah Perkuburan Islam Mahmoodiah di Johor Bahru,” katanya ketika dihubungi.

Sementara itu, Ali berkata, ibunya kini menetap di Kota Tinggi bersama kakak dan adik bongsunya manakala dia bersama abangnya tinggal di Pekan Nanas.

Mengapa Saya Masuk Agama Islam

Mengapa Saya Masuk Agama Islam

oleh ZULKARNAIN (Eddy Crayn Hendrik)


TUJUH KEBENARAN ISLAM YANG MUTLAK.
 
    Doctor  Verkuyl,  Doctor  Kraemer,  Rifai  Burhanuddin lupa,
    demikian  pula  dengan  Pater  Grunnen,  bahwa   ada   tujuh
    kenyataan  mutlak yang dipunyai oleh Islam, yang tidak dapat
    dibantah oleh siapapun juga. Ia tidak  dapat  dibantah  oleh
    sejarah,  ia  juga tak dapat dibantah oleh Ilmu Pengetahuan,
    ia tidak terpengaruh oleh situasi dan  kondisi,  oleh  iklim
    dan  masa.  Mereka,  pendeta-pendeta dan pastor-pastor lupa,
    demikian pula sarjana-sarjana orientalis barat bahwa:
 
    1. Qur'an dengan bahasanya yang tetap sepanjang masa dan
       sama dimana-mana telah sanggup menciptakan iklim keIslaman
       yang merata mutlak. Ia akan dimengerti di Amerika, demikian
       juga di Inggris. Bila ia dibacakan di Jepang, maka ia juga
       dipahami oleh orang-orang India dan Pakistan, dan bila ia
       dibaca di negeri Belanda, maka Mesir, Libya, Indonesia akan
       mengerti, setidak-tidaknya mengenali bahwa itulah ayat-ayat
       Al Qur'an. Qur'an tidak pernah dirubah bahasanya dan ini
       saja sudah dapat dijadikan pegangan, bahwa isinya authentik
       asli. Beda dengan Injil yang telah melalui sedemikian banyak
       terjemahan, sehingga keaslian kata-kata mungkin telah
       menyimpang dari maksud semula. Ia disalin dari bahasa Ibrani
       ke bahasa Gerika, lalu ke bahasa Latin, dari Latin oleh
       Marthen Luther pada tahun 1521 disalin ke bahasa Jerman.
       Dari Jerman disalin pula ke dalam bahasa Inggris, Belanda,
       Indonesia, Jawa, Minang, Timor dst. Sambil menyalin, maka
       atas pertimbangan politik(?) sipenyalin menterjemahkannya
       pula menurut "situasi dan kondisi" setempat. Kita lihat
       misalnya, kalau didalam Injil bahasa Belanda dan Inggris
       syarat masuk surga adalah Door bidden en fasten atau by
       praying and fasting, maka didalam Injil bahasa  Indonesia
       mereka mencukupkan hanya dengan doa, sedangkan fasting atau
       fasten atau puasanya dihilangkan.
 
    2. Al-Qur'an tidak bertentangan dengan Ilmu pengetahuan.
       Bacalah theorie La Place & Chamberlin, bacalah theorie
       kejadian bumi, maka Chamberlin menyebutkan: Bahwa bumi kita
       ini ialah terjadi dari gumpalan-gumpalan kabut yang
       bergulung-gulung semakin lama semakin padat, sehingga
       berpijar, dan kemudian mati pijarnya, lalu tumbuhlah
       kehidupan. Lalu cobalah kita buka Al-Qur'an surat
       tertulislah disana theorie itu: "Dan ingatlah ketika Aku
       menciptakan bumi ini dari suatu hamparan yang lalu
       bergulung-gulung." Qur'an surat Nuh 14 menulis tentang
       adanya tingkatan-tingkatan kejadian dari manusia, surat Al
       An'am 97 memuat theorie Astronomi. Dalam surat-surat yang
       lain dimuat pula theorie perkawinan tanam-tanaman (botani).
       Qur'an tidak serupa dengan Perjanjian Lama yang menolak
       theorie Galileo Galilei, Islam tidak seperti Kristen yang
       telah begitu banyaknya membunuhi kaum cerdik pandai seperti
       Galileo Galilei, Johannis Heuss dan sebagainya.
 
    3. Al-Qur'an tidak menentang fitrah manusia. Itulah sebabnya
       didalam Islam tidak diakuinya hukum Calibat atau
       pembujangan. Manusia dibuat laki-laki dan perempuan adalah
       untuk kawin, untuk mengembangkan keturunan. Maka itu ajaran
       Paulus yang mengatakan bahwa ada "lebih baik" laki-laki itu
       membujang seperti aku dan perempuan itu tidak kawin,
       ditentang oleh Islam. Bukankah monogami akhirnya melibatkan
       dunia Kristen dalam lembah pelacuran? Bukankah orang-orang
       Italia yang monogami itu akhirnya mempunyai juga istri-istri
       yang gelap? Dan bukankah Amerika, Swedia dll. akhirnya
       menjadi bejat akhlaknya sebab mempertahankan monogami? Maka
       dunia akhirnya menetapkan: Poligami adalah bijaksana.
       Poligami mencegah manusia daripada zinah dan pelacuran.
       Tidak heran bila surat An Nisa ayat 3 kemudian membolehkan
       orang untuk Poligami, yaitu poligami yang terbatas: 4.
 
    4. Qur'an udak bertentangan dengan aqal dan fikiran manusia.
       Itulah sebabnya Islam sangat menghargai akal dan fikiran
       yang sehat. Kaidah Islam tidak dapat menerima doktrin "Tiga
       tetapi satu," sebab tiga tetapi satu bertentangan dengan
       ratio. Ummat Islam sama sekali tidak dapat memahami
       bagaimana Paus, seorang manusia, dapat menjabat Wakil
       Tuhan(Ficarius Filii Dei). Paus mewakili urusan Allah untuk
       dunia ini, memberikan amnesti, abolisi dan grasi atas ummat
       manusia yang berdosa dengan mandaat sepenuhnya dari Allah.
       Demikian pula, kalau kami yang tidak tahu menahu akan
       perbuatan Adam harus memikul dosa Adam. Dan akal lebih tidak
       bisa menerima lagi, kalau Allah yang pengasih penyayang itu
       akhirnya lalu menghukum mati anaknya sendiri demi menebus
       dosa Adam dan anak cucu Adam. Maka itulah Islam tidak
       mengakui dosa keturunan, juga tidak mengakui adanya
       "Sakramen pengakuan dosa" yang memanjakan manusia dan
       mengajar manusia untuk tidak bertanggung jawab itu.
 
    5. Islam tidak bertentangan dengan sejarah.  Islampun dengan
       sendirinya tidak mendustai sejarah. Putih hitamnya sejarah
       Islam, diakuinya dengan jujur. Ia, misalkan mengalami
       tragedi pahit seperti "Night of St. Bartolomeus" pastilah ia
       mengakui, dan ummatnya mengetahui. Islam selalu sesuai
       dengan situasi d.an kondisi, ia bukannya menyesuaikan diri,
       tetapi diri (dunia maksudnya) yang harus menyesuaikan
       dengannya.
 
    6. Oleh sebab itulah maka Islam tetap bertahan. Ia selalu
       maju seirama dengan kemajuannya zaman. Empat belas abad
       sudah lamanya Islam tetap dalam suatu kesatuan syareat dan
       hakekat. Seribu empat ratus tahun lamanya hukum-hukumnya,
       undang-undangnya, shalat dan kiblatnya, puasa dan hajinya
       tetap berjalan. Ia tidak ambruk setelah ilmu pengetahuan
       lebih maju, ia juga tidak colaps menghadapi kebangkitan
       humanisme dan sosialisme. Adapun atau kalaupun dikatakan
       mundur, sebenarnya ialah ummat artinya orang-orangnya apakah
       itu person atau kelompok. Mengapakah ummatnya mundur? Sebab
       ia telah meninggalkan Qur'annya. Ia berbeda dengan ajaran
       atau hukum gereja Katolik yang selalu berubah-ubah boleh -
       tidak boleh dan sekarang boleh lagi kawin. Padahal soal
       kawin adalah soal keputusan Tuhan. Adalah keputusan Tuhan
       selalu berubah-ubah dan dapat ditentang oleh manusia?
 
    7. Qur'an tak dapat disangkal ]agi, adalah pegangan hidup
       dan mati, dunia dan akhirat. Qur'an ternyata merupakan
       landasan idiil dan spirituil, landasan hidup di dunia dan
       di akhirat. Qur'an, tidak hanya memuat perkara akhirat saja,
       tetapi juga perkara dunia. Itulah sebabnya bila kita membaca
       Al-Qur'an kita akan menemui bermacam-macam hukum, apakah itu
       hukum pidana, perdata, atau hukum antar manusia dan
       kemasyarakatan. Demikian pula ia memuat hukum dengan
       lengkapnya hukum perkawinan dan sopan santun perang.
 
http://luk.staff.ugm.ac.id/kmi/antar/Eddy/Tujuh.html